SEJARAH DESA NGRAWAN

Diperbarui pada 29 July 2025

Gambar Sejarah

Nama Ngrawan berasal dari Bambang Irawan, seorang sesepuh yang diyakini bijaksana, berwajah tampan, bertutur halus, dan selalu mengenakan iket gadhung mlathi. Ia dikenal rendah hati dan mengajarkan keturunannya untuk hidup rukun, menjauhi pertikaian (crah sulaya), serta bersyukur meski dalam kesederhanaan.

Konon, untuk mengingatkan warganya yang mulai lalai, sang sesepuh menjelma sebagai pedagang Cina miskin. Saat dihina dan ditolak saat membeli tembakau, ia mengucapkan kutukan: Ngrawan akan dilanda bencana pada Senin Wage pukul 4 sore. Benar saja, tak lama kemudian tanah longsor meluluhlantakkan dusun. Warga Ngrawan pun mengungsi ke wilayah Padhan, menggantikan posisi warga Padhan yang rela bergeser ke wilayah susut desa (Padhan-pojok). Sejak saat itu, hubungan erat dan saling menghormati antara warga Ngrawan dan Padhan terus dijaga.

Cerita tentang longsor dan perpindahan Ngrawan bukan hanya mitos. Ngrawan adalah wilayah yang subur dan Makmur. Dalam catatan colonial, wilayah ini telah didiami oleh setidaknya 350 penduduk suku Jawa pada 1869. Adapun usaha Masyarakat adalah bercocok tanam serta bekerja di Perkebunan kopi Belanda. Selain itu, Masyarakat Ngrawan  juga mengusahakan kopi sendiri. 

Longsor terjadi pada Kamis Kliwon, 8 April 1880, yang diakibatkan hujan deras dan gempa dari kawasan Gunung Telomoyo. Sebelum longsor, desa diliputi kabut pekat, suara gemuruh tanah, dan ratusan rusa yang turun dari gunung. Peristiwa longsor Ngrawan dilaporkan menimbulkan kerugian yang relative besar. Sementara 100 penduduk terluka dan perkampungan rata dengan tanah. Peristiwa ini membuat penduduk diungsikan ke tempat yang lebih datar. Lokasinya seperempat pal (1 pal di Jawa setara dengan 1.507 meter). Adapun nama kepala desa pertamanya setelah pindah adalah Hardjodikoro.